Agen Berita Makasar — Fenomena “Tepuk Sakinah” yang belakangan viral di media sosial menuai beragam tanggapan publik. Video yang menampilkan sejumlah siswa melakukan tepukan dengan lantunan kata bernuansa islami itu mendapat perhatian luas, termasuk dari Menteri Agama (Menag) Nasaruddin.

Fenomena Viral Tepuk Sakinah di Sekolah
Dalam video yang beredar, “Tepuk Sakinah” dilakukan oleh para siswa dengan semangat penuh, layaknya yel-yel penyemangat. Unggahan ini ramai dibagikan warganet dan memunculkan pro-kontra. Sebagian menilai hal tersebut kreatif sebagai bagian dari pendidikan keagamaan, namun sebagian lainnya mengkritik karena dianggap tidak tepat dalam konteks pembelajaran formal.
Baca Juga : Setoran Pajak Digital Capai Rp 8,77 Triliun, Terbanyak dari E-commerce
Fenomena ini bahkan trending di platform media sosial seperti TikTok, Instagram, hingga X (Twitter), sehingga memunculkan diskusi publik terkait kreativitas metode pembelajaran agama di sekolah.
Menag Nasaruddin Angkat Bicara
Menanggapi viralnya “Tepuk Sakinah”, Menag Nasaruddin meminta agar publik menyikapi fenomena ini secara bijak. Ia menegaskan bahwa ekspresi keagamaan dalam bentuk kreatifitas di sekolah boleh saja dilakukan selama tidak menyalahi nilai moderasi beragama dan tidak memicu perpecahan.
“Kreativitas di sekolah itu penting. Tepuk Sakinah ini bisa jadi salah satu cara anak-anak mengekspresikan kegembiraan dalam belajar. Namun, tetap harus diarahkan agar tidak menyinggung pihak lain dan sesuai dengan konteks pembelajaran,” jelas Nasaruddin.
Pesan Moderasi Beragama untuk Generasi Muda
Lebih lanjut, Menag menekankan bahwa fenomena seperti ini perlu dijadikan momentum untuk memperkuat moderasi beragama di kalangan generasi muda. Ia mengingatkan para pendidik untuk terus membimbing siswa agar kreatif sekaligus tetap menjunjung tinggi nilai toleransi.
“Indonesia memiliki keberagaman yang harus dirawat bersama. Jadi, segala bentuk ekspresi agama di ruang publik maupun sekolah hendaknya tidak hanya menumbuhkan semangat religius, tetapi juga memperkuat sikap toleran,” tambahnya.
Pihak Kementerian Agama juga berencana melakukan evaluasi terhadap metode pembelajaran agama yang lebih inovatif, agar siswa bisa belajar dengan cara menyenangkan tanpa meninggalkan esensi nilai yang diajarkan.
Penutup
Viralnya “Tepuk Sakinah” menjadi contoh nyata bagaimana media sosial bisa mengangkat praktik kecil di sekolah hingga menjadi sorotan nasional. Respons Menag Nasaruddin yang menekankan pentingnya kreativitas sekaligus moderasi beragama diharapkan dapat menjadi panduan agar. Fenomena serupa bisa diarahkan secara positif.
Dengan demikian, “Tepuk Sakinah” bukan hanya sekadar tren viral. Tetapi juga bisa dijadikan inspirasi untuk mengembangkan metode pembelajaran agama yang lebih menyenangkan, toleran, dan sesuai dengan semangat kebangsaan.